Oleh : H. Bagus Ahmadi, M.Sy
Ketua PC RMI NU Tulungagung
Di beberapa daerah, pada tanggal 10 Muharram/Asyuro selain melakukan ibadah-ibadah sunah yang sudah masyhur seperti puasa, shodaqoh, menyantuni anak yatim, memakai celak hitam dan lain sebagainya, dikenal juga shadaqah dengan bubur syuro.
Biasanya masyarakat membuat bubur dari berbagai macam biji-bijian, mulai dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian yang kemudian semuanya dimasak menjadi bubur, selain untuk dimakan dengan keluarga, juga dibagikan/dishadaqahkan kepada anak-anak yatim dan dlu’afa serta muslimin yang tidak melaksanakan puasa, atau dimakan saat buka puasa hari tersebut.
Tradisi membuat bubur syuro ini “la’alasshowab” yaitu mengikuti apa yang pernah dikerjakan nabi Nuh a.s dan kaumnya,
Dalam kitab bada`iuzzuhur versi dan karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafi, halaman 64 (versi lain karangan Imam Suyuthi) di sebutkan sebagai berikut :
قال الثعلبي كان استواء السفينة علي جبل الجودي يوم عاشوراء وهو العاشر من المحرم فصامه نوح شكرا لله تعالي وامر من كان معه بالصيام في ذلك اليوم شكرا علي تلك النعمة .
ويروي ان الطيور والوحوش والدواب جميعهم صاموا ذلك اليوم ثم ان نوح اخرج ما بقي معه من الزاد فجمع سبعة اصناف من الحبوب وهي البسلة والعدس والفول والحمص والقمح والشعير والارز فخلط بعضها في بعض وطبخها في ذلك اليوم فصارت الحبوب من ذلك اليوم سنة نوح عليه السلام وهي مستحبة
….
Imam Atsa’laby berkata : “Perahu nabi Nuh a.s mendarat sempurna di sebuah gunung yang bernama Judi bertepatan tanggal 10 Muharam/hari asyuro, maka nabi Nuh a.s melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada hari asyuro sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Dan diriwayatkan bahwa seluruh burung, binatang melata dan hewan lain yang ikut dalam perahu nabi Nuh a.s juga melaksanakan puasa. Kemudian nabi Nuh a.s mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat. Lantas nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian sebanyak tujuh jenis, yaitu: kacang polong hijau, kacang kedelai, kacang tanah, sejenis kacang hijau, gandum, jewawut, dan beras. Ketujuh biji-bijian tersebut disatukan dan dimasak menjadi makanan. Sejak saat itu, maka membuat makanan dari biji-bijian (bubur) menjadi tradisi nabi Nuh a.s dan tradisi itu dianjurkan/ disunahkan untuk dilakukan.
والله اعلم بالصواب
Komentar Terbaru